Thursday, August 2, 2012

Pemeriksaan Abdomen Pada Ibu Hamil


A.    Inspeksi Abdominal
Inspeksi abdominal bertujuan untuk mengetahui adanya hiperpigmentasi pada linea alba di garis tengah abdomen yang biasanya lebih hitam pada usia kehamilan 12 minggu yang kemudian disebut dengan linea grisea. Dan tidak jarang ditemui kulit perut seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan disebut strie livide. Setelah partus, strie livide ini berubah warnanya menjadi putih disebut strie albican. Inspeksi abdominal juga bertujuan untuk melihat apakah terdapat bekas oprasi (SC) atau tidak guna penapisan awal untuk ibu dengan resiko tinggi. Serta untuk mengetahui pembesaran uterus apakah sesuai dengan umur kehamilan atau tidak.
B.     Palpasi Abdominal
Tujuan dari palpasi abdominal adalah untuk menentukan besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak dan presentasi, kontraksi rahim, Braxton-Hicks dan his. Cara palpasi abdominal yang lazim digunakan adalah menurut Leopold.
Pemeriksaan palpasi menurut leopold dilakukan dengan posisi ibu hamil berbaring terlentang dengan bahu dan kepala sedikit tinggi (memakai bantal). Setelah ibu hamil dalam posisi terlentang, dilihat apakah uterus berkontraksi atau tidak, jika berkontraksi harus ditunggu sampai tidak berkontraksi. Dinding perut juga harus lemas, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti, untuk itu tungkai dapat ditekuk pada pangkal paha dan lutut. Suhu tangan pemeriksa hendaknya disesuaikan dengan wanita tesebut, dengan maksud supaya dinding perut ibu hamil tidak tiba-tiba berkontraksi, untuk itu sebelum palpasi kedua telapak tangan pemeriksa dapat digosokkan terlebih dahulu baru kemudia pemeriksaan dilakukan.
Pemeriksaan palpasi leopold dibagi menjadi empat tahap. Pada pemeriksaan Leopold I,II,III, pemeriksa menghadap ke arah muka ibu yang diperiksa dan pada pemeriksaan Leopold IV pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu.
Tujuan dari pemeriksaan Leopold I adalah untuk menentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan umur kehamialan. Selain itu, dapat juga ditentukan bagian janin mana yang terletak pada fundus uteri.
Pada pemeriksaan Leopold II, ditentukan batas samping uterus, dapat pula ditentukan letak punggung janin yang membujur dari atas ke bawah menghubungkan bokong dengan kepala.
Pada Leopold III, ditentukan bagian apa yang berada di sebelah bawah. Dan pada Leopold IV, selain menentukan bagian janin mana yang terletak dibawah, juga dapat menentukan bagian berapa bagian dari kepala janin yang telah masuk dalam pintu atas panggul. Dari letak janin ini dapat didengarkan bunyi jantung janin di tempat tertentu, disesuaikan dengan sikap janin. Pada sikap defleksi bunyi jantung janin terletak pada tempat bagian-bagian kecil janin berada. Dengan pemeriksaan singkat tersebut, dapat diketahui: tinggi fundus uteri, letak janin, apakah bagian terendah janin sudah masuk pintu atas panggul, letak punggung janin, bunyi jantung janin.
Teknik pelaksanaan palpasi abdominal adalah sebagai berikut:
1.      Jelaskan maksud dan tujuan serta cara pemeriksaan palpasi yang akan saudara lakukan pada ibu.
2.      Ibu dipersilahkan berbaring terlentang dengan sendi lutut semi fleksi untuk mengurangi kontraksi otot dinding abdomen.
3.      Leopold I s/d III, pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan berdiri disamping kanan ibu dengan menghadap kearah muka ibu ; pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa berbalik arah sehingga menghadap ke kaki ibu.
Leopold I
·         Kedua telapak tangan pemeriksa diletakan pada puncak fundus uteri.
·         Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
·         Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau kosong).
Leopold II
·         Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan kanan umbilikus.
·         Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung janin nantinya.
·         Tentukan bagian-bagian kecil janin.
Leopold III
·         Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien.
·         Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
·         Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah mengalami enggagement atau belum.
Leopold IV
·         Pemeriksa mengubah posisinya sehingga menghadap ke arah kiri pasien.
·         Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
·         Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.

C.    Auskultasi
Auskultasi pada pemeriksaan abdomen ibu hamil dilakukan untuk mengetahui denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat didengarkan dengan menggunakan alat fetal electro cardiograph (Doppler) pada usia kehamilan 12 minggu. Dan dapat didengarkan menggunakan stetoskop Laennec pada usia kehamilan 18-20 minggu. Denyut jantung janin dikatakan normal bila berkisar antara 120-160x/menit, dan dikatakan takikardi bila lebih dari 160x/menit dan brakikardi bila kurang dari 120x/menit dan ini merupakan tanda bayi  mengalami fetal distress. Ketika partus sebaiknya didengar satu menit denyutan permenit. Cara menghitungdenyut jantung janin dalam 5 detik pertama,kemudian 5 detik ketiga,kelima, kemudian hasil dijumlahkan dan dikalikan 4 untuk mendapatkan hasil perhitungan denyut jantung selama satu menit. Dengan cara ini dapat diperoleh kesan apakah denyut jantung janin tersebut teratur atau tidak. Teknik pelaksanaan auskultasi adalah sebagai berikut :
1.      Auskultasi detik jantung janin dengan menggunakan feteskop de Lee.
2.      Detik jantung janin terdengar paling keras didaerah punggung janin.
3.      Detik jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali berurutan selang 5 detik sebanyak 3 kali.
4.      Hasil pemeriksaan detik jantung janin 10-12-10 berarti frekuensi detik jantung janin 32x4 = 128 kali per menit.
5.      Frekuensi detik jantung janin nornal 120-160 kali per menit.

No comments:

Post a Comment