A.
Inspeksi Abdominal
Inspeksi abdominal bertujuan
untuk mengetahui adanya hiperpigmentasi pada linea alba di garis tengah abdomen
yang biasanya lebih hitam pada usia kehamilan 12 minggu yang kemudian disebut
dengan linea grisea. Dan tidak jarang ditemui kulit perut seolah-olah
retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan disebut strie
livide. Setelah partus, strie livide ini berubah warnanya menjadi putih disebut
strie albican. Inspeksi abdominal juga bertujuan untuk melihat apakah terdapat
bekas oprasi (SC) atau tidak guna penapisan awal untuk ibu dengan resiko
tinggi. Serta untuk mengetahui pembesaran uterus apakah sesuai dengan umur
kehamilan atau tidak.
B.
Palpasi Abdominal
Tujuan dari palpasi abdominal
adalah untuk menentukan besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak
dan presentasi, kontraksi rahim, Braxton-Hicks dan his. Cara palpasi abdominal
yang lazim digunakan adalah menurut Leopold.
Pemeriksaan palpasi menurut
leopold dilakukan dengan posisi ibu hamil berbaring terlentang dengan bahu dan
kepala sedikit tinggi (memakai bantal). Setelah ibu hamil dalam posisi
terlentang, dilihat apakah uterus berkontraksi atau tidak, jika berkontraksi
harus ditunggu sampai tidak berkontraksi. Dinding perut juga harus lemas,
sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti, untuk itu tungkai dapat
ditekuk pada pangkal paha dan lutut. Suhu tangan pemeriksa hendaknya
disesuaikan dengan wanita tesebut, dengan maksud supaya dinding perut ibu hamil
tidak tiba-tiba berkontraksi, untuk itu sebelum palpasi kedua telapak tangan
pemeriksa dapat digosokkan terlebih dahulu baru kemudia pemeriksaan dilakukan.
Pemeriksaan palpasi leopold
dibagi menjadi empat tahap. Pada pemeriksaan Leopold I,II,III, pemeriksa
menghadap ke arah muka ibu yang diperiksa dan pada pemeriksaan Leopold IV
pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu.
Tujuan dari pemeriksaan Leopold I
adalah untuk menentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan umur kehamialan.
Selain itu, dapat juga ditentukan bagian janin mana yang terletak pada fundus
uteri.
Pada pemeriksaan Leopold II,
ditentukan batas samping uterus, dapat pula ditentukan letak punggung janin
yang membujur dari atas ke bawah menghubungkan bokong dengan kepala.
Pada Leopold III, ditentukan
bagian apa yang berada di sebelah bawah. Dan pada Leopold IV, selain menentukan
bagian janin mana yang terletak dibawah, juga dapat menentukan bagian berapa
bagian dari kepala janin yang telah masuk dalam pintu atas panggul. Dari letak
janin ini dapat didengarkan bunyi jantung janin di tempat tertentu, disesuaikan
dengan sikap janin. Pada sikap defleksi bunyi jantung janin terletak pada
tempat bagian-bagian kecil janin berada. Dengan pemeriksaan singkat tersebut,
dapat diketahui: tinggi fundus uteri, letak janin, apakah bagian terendah janin
sudah masuk pintu atas panggul, letak punggung janin, bunyi jantung janin.
Teknik pelaksanaan palpasi
abdominal adalah sebagai berikut:
1.
Jelaskan
maksud dan tujuan serta cara pemeriksaan palpasi yang akan saudara lakukan pada
ibu.
2.
Ibu
dipersilahkan berbaring terlentang dengan sendi lutut semi fleksi untuk
mengurangi kontraksi otot dinding abdomen.
3.
Leopold
I s/d III, pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan berdiri disamping kanan ibu
dengan menghadap kearah muka ibu ; pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa
berbalik arah sehingga menghadap ke kaki ibu.
Leopold I
·
Kedua
telapak tangan pemeriksa diletakan pada puncak fundus uteri.
·
Tentukan
tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
·
Rasakan
bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau kosong).
Leopold II
·
Kedua
telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan kanan
umbilikus.
·
Tentukan
bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung janin
nantinya.
·
Tentukan
bagian-bagian kecil janin.
Leopold III
·
Pemeriksaan
ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak
nyaman bagi pasien.
·
Bagian
terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
·
Ditentukan
apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah mengalami
enggagement atau belum.
Leopold IV
·
Pemeriksa
mengubah posisinya sehingga menghadap ke arah kiri pasien.
·
Kedua
telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
·
Digunakan
untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.
C.
Auskultasi
Auskultasi pada pemeriksaan abdomen ibu hamil
dilakukan untuk mengetahui denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat
didengarkan dengan menggunakan alat fetal electro cardiograph (Doppler) pada
usia kehamilan 12 minggu. Dan dapat didengarkan menggunakan stetoskop Laennec
pada usia kehamilan 18-20 minggu. Denyut jantung janin dikatakan normal bila
berkisar antara 120-160x/menit, dan dikatakan takikardi bila lebih dari
160x/menit dan brakikardi bila kurang dari 120x/menit dan ini merupakan tanda
bayi mengalami fetal distress. Ketika partus sebaiknya didengar satu menit
denyutan permenit. Cara menghitungdenyut jantung janin dalam 5 detik
pertama,kemudian 5 detik ketiga,kelima, kemudian hasil dijumlahkan dan
dikalikan 4 untuk mendapatkan hasil perhitungan denyut jantung selama satu
menit. Dengan cara ini dapat diperoleh kesan apakah denyut jantung janin
tersebut teratur atau tidak. Teknik pelaksanaan auskultasi adalah sebagai
berikut :
1.
Auskultasi
detik jantung janin dengan menggunakan feteskop de Lee.
2.
Detik
jantung janin terdengar paling keras didaerah punggung janin.
3.
Detik
jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali berurutan selang 5 detik
sebanyak 3 kali.
4.
Hasil
pemeriksaan detik jantung janin 10-12-10 berarti frekuensi detik jantung janin
32x4 = 128 kali per menit.
5.
Frekuensi
detik jantung janin nornal 120-160 kali per menit.
No comments:
Post a Comment