Tuesday, August 7, 2012

Kenali Anemia


      Pengertian Anemia
Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar haemoglobin, hematokrit dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsure makanan yang esensial (Arisman, 2004). Anemia adalah suatu keadaan berkurangnya hingga dibawah normal jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin,dan volume hematokrit per 100 ml darah (Price, 2005).  Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang (Sudoyo, dkk., 2006).  Anemia defisiensi besi merupakan penyakit darah yang paling sering pada bayi dan anak, serta wanita hamil. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa, defisiensi besi dapat terjadi bila jumlah yang diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh terlalu sedikit, ketidak cukupan besi ini dapat diakibatkan oleh kurangnya pemasukan zat besi, berkurangnya zat besi dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi. Hal tersebut jika berlangsung lama, maka defisiensi zat besi akan menimbulkan anemia (Permono, dkk., 2005).
Selain dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin yang berperan dalam penyimpanan dan pengangkutan oksigen, zat besi juga terdapat dalam beberapa enzim yang berperan dalam metabolisme oksidatif, sintesis DNA, neurotransmitter dan proses katabolisme yang dalam bekerjanya membutuhkan ion besi. Kekurangan besi mempunyai dampak yang merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, menurunkan daya tahan tubuh, menurunkan konsentrasi belajar dan mengurangi aktivitas kerja serta meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas bagi janin dan ibu (Mansjoer, 2005).
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di negara-negara tropik atau negara-negara dunia ketiga, oleh karena sangat berkaitan erat dengan taraf sosial ekonomi. Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak sosial yang cukup serius.
Tabel 2.1 Batas Normal Kadar Hb menurut Umur dan Jenis Kelamin
Kelompok
Umur (tahun)
Hemoglobin (g/dL)
Anak
0,5 – 6
11

6 -14
12
Dewasa:
Laki-laki
> 14
13
Wanita
> 14
12
Wanita hamil
-
11
                      Sumber : Almatsier, 2004.
b.   Penyebab Anemia
Anemia dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi, gangguan asorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun :
1)      Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari :
a)      Saluran cerna, terjadi akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
b)      Saluran genitalia perempuan, menorrhagia atau metrorhagia.
c)      Saluran kemih, hematuria.
d)     Saluran napas, hemoptoe.
2)      Faktor nutrisi, akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi (bioavaibilitas) yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin c, dan rendah daging).
3)      Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan kehamilan.
4)      Gangguan absorbsi besi, gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
Penyebab langsung, banyak berpantang makanan tertentu selagi hamil dapat memperburuk keadaan anemia gizi besi, biasanya ibu hamil enggan makan daging, ikan hati, atau pangan hewani lainnya dengan alasan yang tidak rasional. Selain karena adanya pantangan tehadap makanan hewani faktor ekonomi merupakan penyebab pola konsumsi masyarakat kurang baik, tidak semua masyarakat dapat mengkonsumsi lauk hewani dalam setipa kali makan. Padahal pangan hewani merupakan sumber zat besi yang tinggi absorbsinya (Waryono 2010).
Kekurangan besi dalam tubuh tersebut disebabkan karena kekurangan konsumsi makanan kaya besi, terutama yang berasal dari sumber hewani, kekurangan besi karena kebutuhan yang meningkat seperti pada kehamilan, masa tumbuh kembang serta pada penyakit infeksi (malaria dan penyakit krinis laiinya misalnya TBC), kehilangan besi yang berlebihan pada perdarahan termasuk haid yang berlebihan, sering melahirakan dan pada infestasi cacing, ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh akan besi dibandungkan dengan penyerapan makanan (Waryono 2010). Faktor penyebab lainya adanya penghambat zat besi dalam tubuh seperti teh, susu, dan kopi sehingga dapat menurunkan kadar zata besi yang terserap dalam tubuh (Depkes RI, 2001)
Klasifikasi anemia berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:
1)      Anemia karena hilangnya sel darah merah, tejadi akibat perdarahan    karena berbagai sebab seperti perlukaan, perdarahan uterus, perdarahan hidung, perdarahan akibat operasi.
2)      Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah, dapat disebabkan karena kekurangan unsur penyusun sel darah merah, gangguan fungsi sumsum tulang.
3)      Anemia karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah (Tarwoto dan Wasnidar 2007).
c.   Gejala Klinik Anemia
Ada banyak gejala dari anemia, setiap individu tidak akan mengalami seluruh gejala dan apabila anemianya sangat ringan, gejalanya mungkin tidak tampak. Beberapa gejalanya antara lain, warna kulit yang pucat, mudah lelah, peka terhadap cahaya, pusing, lemah, nafas pendek, lidah kotor, kuku sendok, selera makan turun, sakit kepala (biasanya bagian frontal).
Salah satu gejala aneh yang cukup karakteristik untuk defisiensi zat besi adalah Pica, dimana pasien memiliki keinginan makan yang tidak dapat dikendalikan terhadap bahan seperti tepung (amilofagia), es (pagofagia), dan tanah liat (geofagia). Beberapa dari bahan ini, misalnya tanah liat dan tepung, mengikat zat besi pada saluran makanan, sehingga memperburuk defisiensi. Konsekuensi yang menyedihkan adalah meningkatnya absorpsi timbal oleh usus halus sehingga dapat timbul toksisitas timbal disebabkan paling sedikit sebagian karena gangguan sintesis heme dalam jaringan saraf, proses yang didukung oleh defisiensi zat besi.
d.   Dampak atau akibat anemia
Proses kekurangan besi sampai terjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya terjadi penurunan cadangan besi. Bila belum juga dipenuhi dengan masukan besi, maka lama-kelamaan akan timbul gejala anemia disertai penurunan kadar Hb.
Pada remaja yang menderita anemia dapat mengalami gangguan pertumbuhan yang optimal dan menjadi kurang cerdas (Depkes RI, 1996). Remaja putri yang menderita anemia dapat mengalami gangguan pertumbuhan, penurunan daya konsentrasi belajar, kurang bersemangat dalam beraktivitas karena cepat merasa lelah. Defisiensi besi dapat mempengaruhi pemusatan perhatian, kecerdasan dan prestasi belajar di sekolah (Almatsier, 2001).
Anemia yang berlanjut semakin parah akan mempengaruhi struktur dan fungsi jaringan epitel, terutama lidah, kuku, mulut, dan lambung. Kuku semakin menipis dan lama kelamaan akan terjadi koilonychia (kuku berbentuk sendok). Mulut terasa panas dan terbakar, serta pada kasus yang parah terlihat licin seperti lilin. Timbul rasa sakit pada tenggorokkan waktu menelan makanan dan selaput mata nampak pucat. Lambung mengalami kerusakan, yang pada akhirnya akan memperberat anemia. Anemia yang terus berlanjut dan tidak ditangani akan mengakibatkan perubahan kardiovaskuler dan pernafasan yang dapat berakhir pada gagal jantung (Haryati, 2004).
Akibat jangka panjang dari anemia pada remaja putri adalah apabila remaja putri nantinya hamil, maka ia tidak akan mampu memenuhi kebutuhan zat-zat gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah. Anemia gizi besi dapat menyebabkan gangguan pada masa nifas yang mempengaruhi subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stres kurang, produksi ASI rendah. Gangguan pada janin diantaranya abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain (Depkes RI, 2002).

No comments:

Post a Comment