Bahasan ini
tidak hanya khusus ibu-ibu, apalagi ibu hamil. Para
bapak juga perlu tahu. Sedikit peringatan awal; kata-kata dalam tulisan ini
akan cenderung vulgar. Apa yang anda harapkan? Saya sedang berbicara tentang
seks! Dan, tidak, saya tidak menyediakan ilustrasi pendukung. Mengapa topik dan
kata-kata vulgar? Ngapain ngomongin ginian? Sebagian perempuan yang merasa
nyaman dengan teman perempuan lainnya (yang sudah menikah), dapat bertanya
dengan leluasa. Atau bertanya pada ibunya. Tapi akan tetap banyak perempuan
yang memilih untuk mencari tahu (sebagai tambahan atas percakapan tersebut atau
sebagai pilihan utama) dari artikel di internet atau buku bacaan. Bahkan jika
mereka termasuk yang tidak terhalang rasa malu untuk bertanya pada yang ‘lebih
berpengalaman’.
Saya hanya menyediakan alternatif yang nyaman. Berselancar di
internet, jika anda tahu caranya, dapat bersifat privat dan rahasia. Anda tak
harus bertanya sambil malu-malu dengan pipi memerah sementara yang ditanya
malah tersenyum-senyum geli.Nah, mari kita hentikan basa-basi penjelasannya.
Perempuan (dan laki-laki) merasa khawatir. Ketika saya sedang memikirkan
rancangan tulisan ini (baru dipikirkan, belum menulis apapun), bahasan ini
diturunkan dalam majalah Parentsguide edisi Maret 2007. Seks selama kehamilan:
Don't worry be happy dan Ketika Hubungan Intim Tak Lagi Bebas, dengan foto penunjang
yang… ehm (kata suami, "Ya gak papa lah, itu kan majalah orangtua"). Karena itu
majalah edisi tersebut juga saya masukkan sebagai referensi.
Sebagian perempuan merasa takut melakukan hubungan seksual saat
hamil. Beberapa merasa gairah seksualnya menurun, karena tubuhnya melakukan
banyak penyesuaian terhadap bentuk kehidupan baru yang berkembang di rahim.
Sementara di saat yang sama, gairah yang timbul ternyata meningkat. Lho? Iya,
karena sudah terbebas dari pikiran tentang 'bakalan hamil gak ya?' (sudah hamil
tidak bisa lebih-hamil lagi, kan?)
atau 'kapan hamilnya, ya?'. Tenang, ini bukan kelainan seksual. Memang ada
masanya ketika ibu hamil mengalami peningkatan gairah seksual. Ketika kondisi
kesehatan tidak bermasalah, mengapa tidak? Suami juga pasti senang-senang saja
Minat menurun: trimester pertama
Pada trimester (3 bulan) pertama, biasanya gairah seks menurun.
Jangankan kepingin, bangun tidur saja sudah didera mual. Morning sickness,
muntah, lemas, malas, apapun yang bertolak belakang dengan semangat dan libido.
Fluktuasi hormon, kelelahan, dan eneg dapat menghisap semua keinginan
'berkegiatan'.
Minat meningkat (kembali): trimester kedua
Memasuki trimester kedua, umumnya libido timbul kembali. Tubuh telah
dapat menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan, sehingga ibu dapat
menikmati aktivitas dengan lebih leluasa ketimbang pada trimester pertama. Dan
kehamilan juga belum terlalu besar dan memberatkan seperti pada trimester
ketiga. Mual-muntah dan segala rasa tidak enak biasanya sudah jauh berkurang,
dan tubuh terasa lebih nyaman. Demikian pula untuk urusan ranjang. Ini akibat
meningkatnya pengaliran darah ke organ-organ seksual dan payudara.
Minat menurun lagi: trimester ketiga
Libido dapat turun kembali ketika kehamilan memasuki trimester
ketiga, rasa nyaman yang sudah jauh berkurang. Pegal di punggung dan pinggul,
tubuh bertambah berat dengan cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya janin
mendesak dada dan lambung), dan kembali merasa mual hanyalah beberapa penyebab
yang dapat 'disalahkan' atas minat seksual yang menurun.
Tapi jika anda termasuk yang tidak mengalami penurunan libido di
trimester ketiga, jangan keburu merasa tidak waras. Normal saja kok. Apalagi
jika anda termasuk yang menikmati masa kehamilan, dan termasuk beruntung karena
tidak tersiksa oleh kaki membengkak, sakit kepala, atau keharusan beristirahat
total.
Selain hal fisik, turunnya libido juga berkaitan dengan kecemasan
dan kekhawatiran yang meningkat menjelang persalinan. Pertanyaan yang paling
umum adalah apakah berhubungan seksual dapat membahayakan janin.
Secara medis tidak ada sesuatu yang perlu
dirisaukan jika kehamilan tidak disertai faktor penyulit, artinya kondisinya
sehat-sehat saja. Di antara faktor penyulit tersebut adalah ancaman keguguran,
hipertensi, muntah-muntah yang berlebihan, atau kondisi kesehatan tertentu
lainnya.
Kekhawatiran akan dampak seks terhadap kehamilan
·
Keguguran
Banyak pasangan yang merasa khawatir bahwa seks selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran. Tapi sesungguhnya masalah sebenarnya bukan pada aktivitas seksual itu sendiri. Keguguran (early miscarriage) biasanya berhubungan dengan ketidaknormalan kromosom atau masalah lain yang dialami janin yang sedang berkembang. Bukan pada apa yang anda lakukan atau tidak lakukan.
Banyak pasangan yang merasa khawatir bahwa seks selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran. Tapi sesungguhnya masalah sebenarnya bukan pada aktivitas seksual itu sendiri. Keguguran (early miscarriage) biasanya berhubungan dengan ketidaknormalan kromosom atau masalah lain yang dialami janin yang sedang berkembang. Bukan pada apa yang anda lakukan atau tidak lakukan.
·
Menyakiti janin
Kontak seksual tidak akan menjangkau atau mengganggu janin, yang terlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Cairan ketuban adalah peredam kejut yang sangat baik, sehingga gerakan saat senggama maupun kontraksi rahim saat orgasme akan teredam dan tidak mengganggu janin.
Kontak seksual tidak akan menjangkau atau mengganggu janin, yang terlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Cairan ketuban adalah peredam kejut yang sangat baik, sehingga gerakan saat senggama maupun kontraksi rahim saat orgasme akan teredam dan tidak mengganggu janin.
Ejakulasi yang
terjadi juga tidak akan membuat sperma menjangkau janin karena selaput ketuban
yang melindungi. Penis pasangan anda juga tidak akan menyentuh bayi. Tapi jika
kenyamanan adalah masalahnya, tentu ada baiknya anda bicarakan dengan pasangan
mengenai posisi pilihan.
·
Orgasme memicu kelahiran
prematur
Orgasme dapat memicu
kontraksi rahim. Namun kontraksi ini berbeda dengan kontraksi yang dirasakan
menjelang saat melahirkan. Penelitian mengindikasikan bahwa jika anda menjalani
kehamilan yang normal, orgasme -dengan atau tanpa hubungan intim (yang berarti
para lelaki tidak perlu melakukan penetrasi penis, cukup 'lainnya')- tidak
memicu kelahiran prematur.
·
Khawatir saja.
Jika anda memiliki sindrom pra-menstruasi, besar kemungkinannya anda akan mengalami mood swing yang lebih parah saat hamil. Ini tidak saja berpengaruh terhadap hasrat seksual, tapi juga kekhawatiran yang cenderung berlebih pada dampaknya.
Jika anda memiliki sindrom pra-menstruasi, besar kemungkinannya anda akan mengalami mood swing yang lebih parah saat hamil. Ini tidak saja berpengaruh terhadap hasrat seksual, tapi juga kekhawatiran yang cenderung berlebih pada dampaknya.
Perhatikan beberapa hal ini
·
Jika anda memilih seks oral,
pastikan pasangan tidak meniupkan udara ke dalam vagina. Walaupun jarang, tapi
masuknya udara ke dalam pembuluh darah (emboli) dapat berakibat fatal bagi anda
dan janin. Jadi sebaiknya dihindari sebisa mungkin.
·
Hindari berbaring telentang
selama berhubungan intim. Jika rahim (dan janin) menekan pembuluh darah utama
di bagian belakang perut, anda dapat merasa pusing (lightheaded) atau mual.
(tapi jika anda tidak bermasalah dengan posisi ini, lakukan saja)
·
Jika anda memang tidak ingin
melakukan hubungan seksual, katakan apa adanya pada pasangan anda. Cemas, tak
nyaman, tidak tertarik sama sekali (no desire), atau tidak memungkinkan (harus
menghindari), adalah beberapa alasan yang umum.
Cinta tak hanya
sekitar selangkangan, kok. Pelukan yang hangat, ciuman mesra, atau pijatan yang
nikmat juga merupakan bentuk perhatian seksual. Dan pasangan anda adalah orang
yang paling wajib untuk mengerti segala ketidaknyamanan yang sedang anda
rasakan.
·
Paparan pada penyakit menular
seksual (PMS) selama kehamilan meningkatkan risiko infeksi yang dapat
mempengaruhi kesehatan kehamilan dan janin. Jika anda berganti pasangan seksual
selama kehamilan, gunakan kondom saat berhubungan intim.
·
Berkaitan dengan penyakit
menular seksual: Safe sex is no sex. Keamanan 100% adalah ketika tidak
berhubungan seksual. Ini tidak berarti suami-istri sebaiknya tidak berhubungan
intim. Namun jika anda termasuk yang sering berganti-ganti pasangan seksual,
camkan hal tersebut baik-baik. Anda mungkin tidak akan pernah tahu hingga
saatnya menyesal.
Pilihan posisi nyaman dan aman
Beberapa posisi yang nyaman untuk dicoba adalah:
·
Perempuan di atas. Posisi ini
memungkinkan perempuan untuk memegang lebih banyak kendali atas gerakann. Anda
dapat membuatnya lambat atau cepat, sambil mengontrol kedalaman penetrasi.
·
Posisi menyamping berhadapan
dengan pasangan. Tarik satu kaki untuk memberi ruang pada pasangan untuk
melakukan penetrasi.
·
Posisi menyamping namun tidak
berhadapan. Pria dapat melakukan penetrasi dari belakang (tetap vaginal), yang
tidak menyebabkan tekanan pada perut dan penetrasi yang tidak terlalu dalam.
Posisi ini cukup nyaman dilakukan sepanjang masa kehamilan
·
Perempuan bersangga pada lutut
dan tangan. Yes, doggie style. Posisi ini memungkinkan tidak terjadi tekanan
langsung pada perut, meski jika kehamilan membesar, perut dapat menyentuh alas.
·
Perempuan duduk di pangkuan
pasangan. Ketika hamil belum terlalu besar, posisi berhadapan dapat dilakukan.
Tapi ketika perut semakin membesar, posisi tidak berhadapan dapat dipilih
Di luar pilihan posisi tersebut, anda bisa saja tetap memilih posisi
perempuan di bawah, jika itu yang dirasa paling nyaman. Tentu laki-laki harus
menyesuaikan, dengan tidak menimpakan berat badan seluruhnya melainkan
bersangga dengan tangan atau lutut.
Ketika sebaiknya tidak berhubungan seks
·
Placenta previa
Ini adalah keadaan
ketika plasenta (sebagian atau seluruhnya) berada di bagian bawah rahim,
menutupi mulut/jalan keluar janin. Plasenta sebagai pemasok makanan, normalnya
terletak di atas rahim. Jika penetrasi menekan mulut rahim, dikhawatirkan akan
terjadi perdarahan.
·
Kelahiran prematur
Ibu hamil dapat
diduga mengalami kelahiran prematur jika mulai mengalami kontraksi reguler
sebelum usia kehamilan 37 minggu, yang menyebabkan mulut rahim mulai membuka.
Orgasme dikhawatirkan akan memicu kontraksi.
Selain itu paparan
terhadap hormon prostaglandin di dalam semen (cairan sperma) juga dapat memicu
kontraksi, yang -walaupun tidak berbahaya bagi kehamilan normal- harus
diwaspadai jika anda memiliki risiko melahirkan (janin) prematur. Jika tetap
memilih berhubungan seks, keluarkan sperma di luar.
·
Perdarahan (flek/vaginal
bleeding)
Perdarahan dapat
dikaitkan dengan tanda-tanda keguguran. Maka sebaiknya hubungan seksual
dihindari. Kecuali jika dokter anda menyatakan bahwa flek yang anda alami
adalah gejala normal yang kadang terjadi, tergantung usia kehamilan, kondisi
janin, volume dan rupa flek, dan kondisi anda sendiri.
·
Mulut rahim (cervix) lemah
Jika mulut rahim
mulai membuka secara prematur, seks dapat meningkatkan risiko infeksi.
·
Janin kembar
Jika anda mengandung
janin kembar, dokter/bidan mungkin menganjurkan untuk menghindari berhubungan
intim saat kehamilan memasuki trimester tiga, walaupun hingga saat ini belum
ditemukan ada hubungannya antara seks dengan kelahiran kembar prematur.
No comments:
Post a Comment