2.
Rawat
Gabung
a. Pengertian
Rawat Gabung
Rawat
gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam sebuah ruang selama 24
jam penuh. Istilah rawat gabung parsial yang dahulu banyak dianut seperti hanya
dilakukan pada siang hari sedangkan pada malam harinya bayi dirawat di kamar
bayi, sudah tidak dibenarkan lagi (Prawirohardjo, 2008).
Banyak
fasilitas kesehatan yang merawat ibu bersalin belum melaksanakan program rawat
gabung. Berbagai alasan di ajukan antara lain:
1) Rasa
kasihan karena ibu masih lelah habis melahirkan sehingga perlu istirahat
2) Ibu
belum dapat merawat bayinya sendiri
3) Kekhawatiran
bahwa pada jam kunjungan bayi tertular penyakit yang dibawa oleh pengunjung
4) Fasilitas
kesehatan ingin memberikan pelayanan sebaik-baiknya sehingga ibu bisa
beristirahat
Hal ini tidak perlu
terjadi apabila ibu dan petugas kesehatan mengerti akan keuntungan dari rawat
gabung.
b. Manfaat
Rawat Gabung
Kontak dini antara ibu
dan bayi yang telah dibina sejak dari kamar bersalin seharusnya tetap
dipertahankan dengan merawat bayi bersama ibunya (rawat gabung). Keuntungan
rawat gabung antara lain adalah:
1) Aspek
Psikologis
Dengan rawat gabung
antara ibu dan bayi akan terjalin proses lekat (bonding). Hal ini sangat
mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya. Kehangatan tubuh ibu
merupakan stimulasi mental yang mutlak diperlukan oleh bayi. Rasa aman,
terlindung, dan percaya pada orang lain (basic trust) merupakan dasar
terbentuknya rasa percaya diri pada bayi. Ibu akan merasa bangga karena dapat
memberikan yang terbaik bagi bayinya.
2) Aspek
Fisik
Dengan rawat gabung,
ibu dengan mudah menyusui kapan saja bayi menginginkannya. Dengan demikian, ASI
juga akan cepat keluar.
3) Aspek
Fisiologis
Dengan rawat gabung,
bayi dapat disusui dengan frekuensi yang lebih sering dan menimbulkan refleks
prolaktin yang memacu proses produksi ASI dan refleks oksitosin yang membantu
pengeluaran ASI dan mempercepat involusi rahim. Pemberian ASI eksklusif dapat
juga dipergunakan sebagai metode keluarga berencana (metode amenorea laktasi)
asal memenuhi syarat yaitu usia bayi belum berusia 6 bulan, ibu belum haid
lagi, dan bayi masih diberikan ASI secara eksklusif.
4) Aspek
Edukatif
Dengan rawat gabung
ibu, terutama yang primipara, akan mempunyai pengalaman menyusui dan merawat
bayinya. Juga memberi kesempatan bagi perawat untuk tugas penyuluhan, antara
lain posisi dan perlekatan bayi untuk menyusui dan tanda-tanda bahaya pada
bayi. Ibu juga segera dapat mengenali perubahan fisik atau perilaku bayi dan
menanyakan pada petugas hal-hal yang dianggap tidak wajar. Sarana ini juga
dapat dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga.
5) Aspek
Medis
Dengan rawat gabung,
ibu merawat bayinya sendiri. Bayi juga tidak terpapar dengan banyak petugas
sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah. Di samping itu, kolostrum yang
banyak mengandung berbagai zat protektif akan cepat keluar dan memberikan daya
tahan bagi bayi.
6) Aspek
Ekonomi
Dengan rawat gabung,
pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin sehingga anggaran pengeluaran
untuk membeli susu formula dan peralatan untuk membuatnya dapat dihemat. Ruang
bayi tidak perlu ada dan ruang dapat digunakan untuk hal yang lain. Lama rawat
juga bisa dikurangi sehingga pergantian pasien bisa lebih cepat (Prawirohardjo,
2008).
c.
Pemberian ASI dan Rawat Gabung
Pemberian
ASI segera dan selama dua tahun dapat meningkatkan kesehatan dan tumbuh kembang
bayi. Dengan demikian gagasan lama rawat gabung dihidupkan kembali, di mana ibu
dan bayi dirawat dalam satu ruagan perawatan. Rawat gabung memberikan dampak
yang menggantungkan untuk perkembangan kejiwaan ibu maupun anak.
Meningkatnya
perjuangan hak-hak asasi wanita dalam meniti karier untuk bekerja di luar
rumah, sampai pada titik kritis dengan meninggalkan tugas utamanya untuk memberikan
ASI dan menggantikan dengan susu botol (formula). Disamping itu propaganda susu
formula demikian gencarnya sehingga mereka yang merasa diri mampu dan
terpelajar, merasa makin meningkat kedudukannya bila dapat menggantikan ASI-nya
dengan susu formula. Rumah sakit pun ikut memisahkan perawatan ibu dan bayi.
Kecenderungan
telah mencapai titik yang sangat rawan sehingga pemerintah mengambil sikap
untuk dapat mengembalikan fungsi hakiki wanita untuk dapat memberikan ASI.
Ketetapan tersebut diikuti upaya mengembalikan fungsi wanita untuk dapat
memberikan ASI tanpa menghalangi kesempatan sebagai wanita karir. Dilingkungan
rumah sakit dan rumah bersalin, sistem perawatan dalam satu ruangan (rawat
gabung) difungsikan kembali. Ternyata sistem rawat gabung tersebut
menggantungkan karena dapat meningkatkan pembentukan kejiwaan anak yang menjadi
dasar utama kualitas sumber daya manusia (Manuaba, dkk. 2002).