Monday, July 30, 2012

Gejala, Prognosis BBLR


A.    GEJALA KLINIS

Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai berikut:
1.      Berat badan lahir < 2500 gram, panjang badan £ 45 Cm, lingkar dada < 30 Cm, lingkar kepala < 33 Cm.
2.      Masa gestasi < 37 minggu (Merenstein, 2002).
3.      Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala relatif lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia immatur, otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
4.      Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna (Wong, 2004).
Gangguan yang mungkin terjadi pada bayi BBLR antara lain (Kliegman, 2000):
1.      Pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur.
2.      Sistem immunologi belum berkembang dengan baik sehingga rentan infeksi.
3.      Sistem saraf pusat belum matur menyebabkan perdarahan periventrikuler.
4.      Sistem pernafasan belum matur terutama paru-paru menyebabkan mudah terkena penyakit membran hyalin.
5.      Immaturitas hepar sehingga metabolisme bilirubin terganggu (hiperbilirubinemia).

B.     PATHWAYS
Terlampir

C.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Radiologi
a.       Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white lung (Masjoer, dkk, 2000).
b.      USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka (Merenstein, 2002).
2.      Laboratorium
a.       Darah Rutin
1)      Hematokrit (HCT)
a)      Bayi usia 1 hari 48-69%
b)      Bayi usia 2 hari 48-75%
c)      Bayi usia 3 hari 44-72%.
2)      Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5-22,5 g/dl.
3)      Hb A > 95% dari total atau 0,95 fraksi Hb.
4)      Hb F
a)Bayi usia 1 hari 63-92%
b)      Bayi usia 5 hari 65-88%
c)Bayi usia 3 minggu 55-85%
d)     Usia 6-9 minggu 31-75%.
5)      Jumlah leukosit
a)      Bayi baru lahir 9,0-30,0 x 103  sel/mm3 ( mL)
b)      Bayi usia 1 hari/24 jam 9,4-43,0 x 103  sel/mm3 ( mL)
c)      Usia 1 bulan 5,0-19,5 x 103  sel/mm3 ( mL).
b.      Bilirubin
1)      Total (serum)
a)      Tali pusat < 2,0 mg/dl
b)      0-1 hari 8,0 mg/dl
c)      1-2 hari 12,0 mg/dl
d)     2-5 hari 16,0 mg/dl
e)      Kemudian 2,0 mg/dl.
2)      Direk (terkonjugasi)
a)      0,0-0,2 mg/dl
c.       Glukosa (8–12 jam post natal), disebut hipoglikemi bila konsentrasi glukosa plasma < 50 mg/dl.
3)      Serum
f)       Tali pusat 45-96 mg/dl
g)      Bayi baru lahir (usia 1 hari) 40-60 mg/dl
h)      Bayi usia > 1 hari 50-90 mg/dl.
d.      Analisa gas darah
1)      Tekanan parsial CO2 (PCO2) bayi baru lahir 27-40 mmHg
2)      Tekanan parsial O2 (PO2)
a)      Lahir 8-24 mmHg
b)      5-10 menit 33-75 mmHg
c)      30 menit 31-85 mmHg
d)     > 1 jam 55-80 mmHg
e)      1 hari 54-95 mmHg
f)       Kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg.
3)      Saturasi oksigen (SaO2)
a)      Bayi baru lahir 85-90%
b)      Kemudian 95-99%.
4)      pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50.
e.       Elektrolit darah (k/p)
1)      Natrium
a)      Serum atau plasma
1.1)      Bayi baru lahir 136-146 mEq/L
1.2)      Bayi 139-146 mEq/L.
b)      Urine 24 jam 40-220 mEq/L.
2)      Kalium
a)      Serum bayi baru lahir 3,0-6,0 mEq/L
b)      Plasma (heparin) 3,4-4,5 mEq/L
c)      Urine 24 jam 2,5-125 mEq/L (bervariasi sesuai diit).
3)      Klorida
a)      Serum/plasma
1.1)      Tali pusat 96-104 mEq/L
1.2)      Bayi baru lahir 97-110 mEq/L.

f.       Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam tabung kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan tabung tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
1).    (+)       : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk         cincin artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2).    (-)        : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.
3).    Ragu    : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang.

D.    KOMPLIKASI
1.      Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas).
2.      Hipoglikemi simtomatik.
3.      Asfiksis neonatorum
4.      Penyakit membran hialin.
5.      Hiperbilirubinemia.
6.      Sepsis neonatorum.


E.     PENATALAKSANAAN
Setelah bayi lahir dilakukan:
1.      Tindakan Umum
a.       Membersihkan jalan nafas.
b.      Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
c.       Perawatan tali pusat dan mata.
2.      Tindakan Khusus
a.       Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila (tambah 0,5 oC pada pengukuran rektal)), pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan 35 minggu perlu perhatian ketat, bayi dengan BBL 2000 gram dirawat dalam inkubator atau dengan boks kaca menggunakan lampu.
b.      Awasi frekuensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk mengetahui sindroma aspirasi mekonium.
c.       Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila > 60x/mnt lakukan foto thoraks.
d.      Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.
e.       Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah, tekanan darah).
f.       Awasi keseimbangan cairan.
g.      Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan dan keadaan umum baik:
1)      Berikan makanan dini early feeding untuk menghindari terjadinya hipoglikemia.
2)      Periksa kadar gula darah 8–12 jam post natal.
3)      Periksa refleks hisap dan menelan.
4)      Motivasi pemberian ASI.
5)      Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi, nutrien yangdapat diberikan meliputi; karbohidrat, lemak, asam amino, vitamin, dan mineral.
6)      Berikan multivitamin jika minum enteral bisa diberikan secara kontinyu.
h.      Tindakan pencegahan infeksi:
1)      Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
2)      Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.
3)      Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat.
4)      Pemberian antibiotik sesuai dengan pola kuan.
5)      Membatasi tindakan seminimal mungkin.
i.        Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali pemberian.
j.        Berikan dukungan psikologis dengan perawatan bayi lekat (Kangaroo Mother Care) bagi BBLR yang memungkinkan (tidak terpasang infus maupun mengalami masalah pernafasan), atau dengan sentuhan terapeutik dari pemberi perawatan termasuk orang tua bayi.

F.     PROGNOSIS
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, seperti; masa gestasi (semakin muda dan semakin rendah berat badan bayi makin tinggi angka kematiannya), komplikasi yang menyertai (asfiksia/iskemia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intra ventrikuler, infeksi, gangguan metabolik, dll) (Merenstein, 2002).

No comments:

Post a Comment