Sunday, August 26, 2012

Pneumonia?? Pelajari selengkapnya...


A.    Pengertian

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993)


B.     Penyebab


Ø  Virus Influensa
Ø  Virus Synsiticalrespiratorik
Ø  Adenovirus
Ø  Rhinovirus
Ø  Rubeola
Ø  Varisella
Ø  Micoplasma (pada anak yang relatif besar)
Ø  Pneumococcus
Ø  Streptococcus
Ø  Staphilococcus


C.     Tanda dan Gejala


Ø  Sesak Nafas
Ø  Batuk nonproduktif
Ø  Ingus (nasal discharge)
Ø  Suara napas lemah
Ø  Retraksi intercosta
Ø  Penggunaan otot bantu nafas
Ø  Demam
Ø  Ronchii
Ø  Cyanosis
Ø  Leukositosis
Ø  Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar

Saturday, August 11, 2012

Haruskah Bunda Melakukan Penilaian Gizi Anak?


Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : 
a.      Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah  adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang  mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur  adalah  dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).
b.      Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan  yang menurun. Berat badan ini  dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan  berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c.       Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran  fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan  kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan  sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan  keadaan   berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga  indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi  Badan)  jarang dilakukan karena perubahan tinggi  badan yang lambat dan biasanya  hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan   adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan  keadaan gizi kurang bila  dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi  kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius  dan berhubungan langsung dengan  angka kesakitan.

Tabel 1 Penilaian  Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB  Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS
No
Indeks yang dipakai
Batas Pengelompokan
Sebutan Status Gizi
1
BB/U
 < -3 SD
Gizi buruk


 - 3 s/d  <-2 SD
Gizi kurang


 - 2 s/d +2 SD
Gizi baik


 > +2 SD
Gizi lebih
2
TB/U
 < -3 SD
Sangat Pendek


 - 3 s/d  <-2 SD
Pendek


 - 2 s/d +2 SD
Normal


 > +2 SD
Tinggi
3
BB/TB
 < -3 SD
Sangat Kurus


 - 3 s/d  <-2 SD
Kurus


 - 2 s/d +2 SD
Normal


 > +2 SD
Gemuk
          Sumber : Depkes RI 2004.

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).

Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB  Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
No
Indeks yang digunakan
Interpretasi
BB/U
TB/U
BB/TB





1
Rendah
Rendah
Normal
Normal, dulu kurang gizi

Rendah
Tinggi
Rendah
Sekarang kurang ++

Rendah
Normal
Rendah
Sekarang kurang +
2
Normal
Normal
Normal
Normal

Normal
Tinggi
Rendah
Sekarang kurang

Normal
Rendah
Tinggi
Sekarang lebih, dulu kurang
3
Tinggi
Tinggi
Normal
Tinggi, normal

Tinggi
Rendah
Tinggi
Obese

Tinggi
Normal
Tinggi
Sekarang lebih, belum obese
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Rendah   : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS 
Normal   : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi    :  > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

Wednesday, August 8, 2012

Apa Itu Malposisi Saat Hamil


A.    Pengertian
Malposisi merupakan posisi abnormal dari verteks kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu.

B.     Masalah
Janin dalam keadaan malpresentasi dan malposisi sering menyebabkan partus lama atau partus macet.
C.     Penanganan Umum
1.      Lakukan penilaian cepat mengenai kondisi ibu termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu)
2.      Lakukan penilaian kondisi janin :
a.       Hitung DJJ setelah his selama satu menit penuh paling sedikit setiap 30 menit selama fase aktif dan setiap 5 menit selama fase kedua.
b.      Jika DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali permenit kemumgkinan gawat janin.
c.       Jika ada mekanium yang kental, awasi lebih ketat atau lakukan intervensi untuk penanganan gawat janin. Jika tidak ada cairan pada saat ketuban pecah menandakan adanya pengurangan jumlah air ketuban yang mungkin ada hubungannya dengan gawat janin, bila terjadi berikan dukungan moral dan perawatan pendukung lainnya dan lakukan penilaian kemajuan persalinan memakai partograf.

3.      Diagnosis posisi janin
a.       Kepala janin biasanya masuk ke rongga panggul ibu dengan posisi ubun-ubun kecil lintang, dengan ubun-ubun kecil janin melintang pada rongga panggul ibu.
b.      Dengan penurunan, kepala janin mengalami rotasi sehingga ubun-ubun kecil terletak dibagian depan pada rongga panggul ibu. Kegagalan perputaran ubun-ubun kecil ke depan sebaiknya ditatalaksana sebagai posisi ubun-ubun kecil belakang.
c.       Variasi posisi pada presentasi normal adalah posisi verteks, yang mengalami fleksi sempurna, dengan posisi ubun-ubun kecil terletak lebih rendah pada vagina dibandingkan dengan sinsiput.
d.      Jika kepala janin mengalami fleksi sempurna dengan ubun-ubun kecil depan atau lintang (pada awal persalinan), lanjutkan dengan persalinan normal.
e.       Jika kepala janin tidak berada dalam posisi ubun-ubun kecil depan, berarti posisi janin adalah posisi oksiput posterior atau posisi oksiput lintang.

4.      Diagnosa Malposisi
a.       Posisi Oksiput Posterior
Pada letak belakang kepala biasanya ubun-ubun kecil akan memutar ke depan dengan sendirinya dan janin lahir secara spontan. Kadang-kadamg UUK tidak berputar kedepan tetapi tetap berada dibelakang, yang disebut POSITIO OCIPUT POSTERIOR. Dalam mengahadapi persalinan dimana UUK terdapat dibelakang  kita harus sabar, sebab rotasi kedepan kadang-kadang baru terjadi didasar panggul.
b.      Etiologi 
1)      Sering dijumpai pada panggul anthropoid, endroid dan kesempitan midpelvis.
2)     Letak punggung janin dorsoposterior

c.       Diagnosis
1)   Pemeriksaan abdomen
Bagian bawah perut mendatar, ekstremitas janin teraba anterior
2)   Auskultasi
DJJ terdengar disamping
3)   Pemeriksaan vagina
Fontanella posterior dekat sakrum, fontanella anterior dengan mudah teraba jika kepala dalam keadaan defleksi.

d.      Pimpinan Persalinan
1)      Sabar menunggu, karena ada harapan UUK akan memutar kedepan dan janin akan lahir spontan.
2)      Ibu berbaring miring kearah punggung janin.
3)      Bila ada indikasi dan syarat telah terpenuhi, dilakukan ekstraksi forsep, ada 2  yaitu menurut SCANZONI dan menarik saja dengan UUK dibelakang

e.       Penanganan Khusus
Rotasi secara spontan menjadi oksiput anterior terjadi pada 90% kasus. Persalinan yang terganggu terjadi jika kepala janin tidak rotasi atau turun. Para persalinan dapat terjadi robekan perineum yang tidak teratur atau ekstensi episiotomi.
1)      Jika ada tanda-tanda persalinan macet atau DJJ lebih dari 180 atau kurang dari 100 pada fase apapun, lakukan seksio sesarea.
2)      Jika ketuban utuh, pecahkan ketuban dengan pengait amnion atau klem kocher.
3)      Jika pembukaan serviks bekum lengkap dan tidak ada tanda abstruksi, akselerasi persalinan dengan desitoksin.
4)      Jika pembukaan serviks lengkap dab tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran periksa kemungkinan adanya obstruksi. Jika tidak ada obstruksi, akselerasi persalinan dengan aksitoksin.
5)      Jika pembukaan lengkap dan jika :
·         Kepala janin teraba 3/5 atau lebih diatas simfisis pubis (PAP) atau kepala diatas stasion (-2) lakukan seksio sesarea.
·         Kepala janin diantara 1/5 dan 3/5 diatas simfisis pubis atau bagian terdepan kepala janin diantara stasion 0 dan -2 , lakukan ekstraksi vakum atau seksio sesarea.
·         Kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simfisis pubis atau bagian terdepan dari kepala janin berada di stasion 0, lakukan ekstraksi vakumatau ekstraksi cunam.


a.       Posisi Oksiput Lintang
Pada pemeriksaan kepala sudah didasar panggul sedangkan UUK masih disamping, terjadi karena putar paksi terlambat.( Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, 1998)
Jika posisi ini menetap sampai akhir Kala I persalinan, maka posisi ini sebaiknya ditangani sebagai posisi oksiput posterior.( Sarwono Prawirohardjo, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
a.       Etiologi
·         Kelemahan his pada Kala II
·         Panggul picak
·         Janin kecil atau mati
·         Kepala janin bundar

b.      Pimpinan Persalinan
·         Observasi dan tunggu, karena kalau his kuat terjadi putaran UUK kedepan dan janin lahir spontan.
·         Ibu diminta berbaring ke arah punggung janin.
·         Dapat dicoba memutar UUK kedepan koreksi manual. Caranya ibu jari diletakan pada UUK, jari-jari lainnya pada oksiput lalu dicoba reposisi sehingga UUK berada dibawah simfisis.
·         Coba dengan pemberian uterotonika, bila his lemah.
·         Jika ada indikasi dan syarat terpenuhi, lakukan ekstraksi forsep menurut LANGE.

c.       Posisi Oksiput Directa (Letak Tulang Ubun-Ubun)
Bagian janin yang terdepan adalah tulang ubun-ubun, terdiri dari :
·         Positio occiput pubica (anterior)
·         Positio occiput sacralis (posterior)
Keadaan ini terjadi karena asinklitismus permanen (tetap) yang biasanya kita jumpai pada panggul picak. Pada yang pertama didapati oksiput berada dekat simfisis dan pada yang kedua dekat sakrum.

D.    Diagnosis
Pada pemeriksaan dalam teraba ostemporalis, parietalis, dan telinga.

E.     Mekanisme Persalinan
Observasi persalinan dengan teliti karena masih dapat lahir spontan. Bisa dicoba manual correction. Bila syarat terpenuhi lakukan versi dan ekstraksi. Bila anak mati lakukan embriotomi. Yang berbahaya adalah letak tulang ubun-ubun belakang, karena bisa terjadi ancaman ruptura uteri bagian belakang rahim yang pada pemeriksaan tidak kita ketahui. Seksio sesarea dapat dilakukan bila ada indikasi.